Thursday, September 20, 2012

My first broken heart

Sore itu, di Rumah Sakit Advent Bandung, kami ber-rencana beli sate padang Cikapundung untuk makan malam. Iyaa, setiap malam minggu kami sekeluarga memang sering makan di luar. Begitupun sore itu.

Tapi, yang saya dapati adalah tubuhnya yang terkaku, dingin, dan jantung yang sudah berhenti berdetak. Semua berubah, semua kelimpungan. Nenek terlemas dan tidak bisa mengontrol diri. Mama mengucap syahadat sambil didorong-dorong oleh nenek. Kakak mencoba memompa dadanya dengan tangan. Saya... diam, melihat ke kanan dan ke kiri.

Satu kalimat yang keluar dari mulutku kepada kakak adalah... "Papa ngasi icut boneka" ,
Kakak bertanya "Apa?"
Sekali lagi "Papa ngasi icut boneka"
Kakak "Iya..iya" dan kamipun berpelukan. Walaupun aku yakin dia tidak mengerti, hanya mencoba menenangkanku.

Padahal beberapa bulan sebelumnya kau berjanji..berjanji semua akan kembali ke keadaan seperti semula. Tapi belakangan kusadari, semua hanya hiburan darimu semata.
Ketika itu, kita semua menginap di villa yang kita sewa di Cipaku (karena berdekatan dengan tempat berobat alternatif), aku harus kembali ke rumah karena esoknya akan kembali ke sekolah.
Selepas mandi, kau suruh aku duduk di samping baringanmu, kau meremas-remas rambutku yang basah dan dingin, kau bilang itu membuatmu nyaman.
Tapi aku hanya bisa diam terkaku, tidak tahu harus berbuat apa sembari air mata terus mengalir dari mataku.

Kau bilang "Jangan nangis, nanti kita kaya dulu lagi yaa, jalan-jalan lagi". Banjir mataku.

Tapi sore itu kau pergi, meninggalkan kami semua, meninggalkan semua jerih payahmu yang sudah kau upayakan untuk kehidupan kami.

Hari ini, 10 tahun sudah sejak sore itu di Rumah Sakit Advent. Hampir sama dengan waktuku yang hanya mengenalmu selama 12 tahun hidupku. Entah mengapa yang aku ucapkan sore itu adalah tentang boneka. Boneka yang bisa bernyanyi sambil bermain sepatu roda.

Momen kita sedikit Papa. Sudah lama aku tidak mengucapkan kata sapaan itu. Pada siapa aku harus ucapkan?
Sedih menyadari kau tidak bisa menjadi waliku nanti ketika aku menikah, tidak apa-apa. Walaupun terlalu sedih untuk dibayangkan.

Aku tahu aku adalah wanita ketiga yang kau sayangi setelah Ibu dan Istrimu tentu.
Tapi kau akan selalu menjadi pria pertama yang ada dalam diriku, My Old Man.

Anyway..................................
Terima kasih telah meninggalkan kesan yang baik pada seluruh keluarga dan menjadi Papa yang berusaha keras untuk mengurus seluruh keluarganya.
Terima kasih telah menurunkan gen terbaikmu padaku sehingga semua orang akan teringat padamu saat melihat wajah atau gesturku.
Terima kasih telah mengajarkanku bahwa menjadi manusia harus selalu rendah hati dan menghormati setiap orang. Untuk yang satu ini aku tidak lihat langsung, tapi setelah kau tiada, aku mendengar banyak cerita. Aku terlalu bangga padamu.
Terima kasih telah mempersiapkan hartamu untuk kami semua meluluskan kuliah kami, memberi kami kehidupan yang layak.
Terima kasih telah menurunkan semangat berbisnis dan berdagang. I'm a lot like you definitely! :)
Terima kasih telah menemaniku main badminton setiap sore di samping rumah, walaupun aku tetap merasa ada jarak dan 'ga enak' kalau "Kok" ku membuatmu selalu menunduk untuk mengambil.
Terima kasih telah membelikanku oleh-oleh boneka bersepatu roda yang tak pernah aku lupakan.
Terima kasih sudah datang ke mimpi-mimpi ku yang membuatku tersenyum dan menangis haru saat terbangun.


Janjiku adalah menjaga mama tentu, dan membanggakan kalian berdua. Doakan aku mendapat jodoh yang baik walaupun kau tak bisa mengobrol langsung dengannya kelak.
Momen kita sedikit, karena itu aku tidak akan pernah mau melupakannya.
Terkhusus tanggal 24 April dan 21 September.

Semoga kuburmu diterangi, disejukkan, dilapangkan, dan diharumkan.
Semoga kelak kita berkumpul lagi yaaaaa.Aamiin




That was my first broken heart, my Old Man was gone....







Teruntuk Papa, 21 September 2012
Cut Intan

http://www.4shared.com/mp3/RTbq3uin/04-the_bird_and_the_bee-im_a_b.html

No comments:

Post a Comment