Wednesday, September 12, 2012

9 hari yang selalu ingin diulang

Assalamualaikum warrahmatullah wabarakatuh

Kenapa harus 9 hari? Iya, karena hanya 9 hari waktu yang bisa dinikmati jika kita punya paket umroh yang 'regular'. Bahkan 7 hari, minus waktu berangkat dan pulang.

Umroh tahun ini, *Feb 2012* gatau kenapa jadi umroh yang paling 'ngena' dibanding yang sebelumnya. Tanpa bermaksud pamer atau apapun, ini umroh saya yang ke-3 kalinya.
Waktu itu, (bulan Februari) biasanya jadi pembuka umroh di setiap tahunnya. Jadi udah diberi kabar sama penyelenggara umrohnya, bahwa di sana bakalan penuh! Iyah aja, pas manasik aja udah kebagian duduk paling belakang. Heheh

Berangkat, so excited karena beberapa orang di dalamnya adalah keluarga dekat saya sendiri, and it feels so comfortable. umroh kali ini diniatin banget, mungkin karena udah mulai ngerti harus gimana, dan udah banyak belajar juga dari kehidupan! #aish. Sangat menikmati prosesnya dari awal, dijemput bus, ke bandara soekarno-hatta, makan sampe ngampar-ngampar di lantai bandara saking penuhnyaa :| . Mencoba sangat menikmati karena kita belum tahu kapan bisa berangkat lagi. Mengingat umroh pertama saya, saya masih kelas 2 SMP (2004), gak ngerti apa2 tentang Islam selain shalat-puasa-dan mengaji setiap ada guru ngaji datang. Berhijab boro-boro kepikiran. Umroh kedua, tahun 2008 penuh keluhan dr saya yang teenager ini baru mau masuk kuliah. Hanya sedikit menikmati, karena tanggalan pun menunjukkan saatnya si bulan datang tapi ditahan pakai pil agar beribadah di sana tetap lancar. Hanya kebetean kebetean yang ada, dan sedikit sekali menikmatinya. Tapi alhamdulillah kemarin, 4 tahun berselang lumayan menambah ilmu tentang islam dan alhamdulillah jg sudah berhijab. Anyway, proses melintasi keimigrasian, salat di ruang tunggu, dan menunggu pesawat terasa sangat menyenangkan. Ga sabar liat rumahmu Ya Allah *dalam hati begitu*

Tiba di sana hawa dingin menyambut, beda dengan 2 umroh lalu, dari Indonesia sudah diwanti-wanti bahwa udara saat ini lagi dingin. Bener aja, nyampe tengah malem dan kaya di Lembang aja gitu anginnya. Dengan kuatnya ga bawa jaket *stay cool*

Tiba di hotel kami bersiap untuk melakukan ibadah umroh. Berkumpul di lobby dan mulai berjalan menuju Ka'bah. Yang sangat dinanti-nanti. Deg..deg..deg..saya sudah pernah beberapa kali lihat dan tetap merasakan 'sensasi' yang sama ketika akan berhadapan. Prosesi umrohpun akhirnya selesai.

Keesokan harinya dijalani dengan santai dan sesuai alur, sedikit tur dan jalan-jalan di dalam kota. Seperti biasa, tak lupa mengunjungi saudara dari Ibunda yang sudah lama hijrah dan berkeluarga di Mekkah. Wak Jamila namanya, yang sekarang udah punya cucu yang cantik dan ganteng.

Namanya Jamila, seperti nama neneknya
Keesokan harinya, kami salat seperti biasa, bangun malam untuk tahajud dan menunggu subuh. Ngantuk ga usah ditanya, jelas. Tapi ditahan-tahanin, dalem hati *kapan lagi salat di masjidil Haram*
Begitu setiap hari. Suatu hari kami pulang ke hotel sehabis windowshopping di mall yang mana letaknya persis di depan Masjidil Haram, Zamzam Tower (yang ada Hilton di dalemnya) 

Tanteku di depan mall
Kaki lumayan lelah, walaupun letak hotel tidak terlalu jauh, waktu sudah mendekati waktu Magrib dan adzan hampir berkumandang. Masih leyeh-leyeh karena lelah, ternyata adzan sudah memanggil untuk segera shalat, bergegas ambil wudhu dan bawa perlengkapan, kita buru-buru keluar untuk shalat, Qomat memanggil...tandanya imam segera memulai salat.

"Allahuakbar" kata Imam. Gak peduli itu dimana, kami langsung mengambil posisi disebelah orang-orang yang juga akan salat, mustahil masuk ke dalam masjid. Jadi, disana itu pertama orang akan memenuhi seisi masjid, lalu bila penuh, askar *petugas* akan bicara dengan bahasa Arab yang gak kita mengerti, kasih isyarat bahwa disana penuh, dan kita harus salat di luar (di lantai putih yang adem) yaitu halaman masjid, yahhh itulah peringatan buat kami yang nyantei-nyantei dulu, apalagi malah habis windowshopping, kami sukses salat di atas aspal, dengan orang-orang yang juga terlambat. Rasanya malu deh sm Allah, bisa-bisa nya telat ke masjid malah windowshopping! Heheee, manusia..manusia...

Udah gak peduli dimana itu yang penting langsung mulai shalat, hingga selesai. Pengalaman yang boro-boro di Indonesia mah rela-relain kaya gitu kecuali lebaran karena salatnya di lapangan. Itu pertama.
Gimana Kabah adalah sebuah magnet, yang tanpa terpaksa kita rela untuk mendekat padanya. 

Kedua, semua yang bekerja di lingkungan sekitar masjid, akan tutup toko/dagangannya ketika adzan memanggil. Boro adzan memanggil deeeh, setengah jam sebelum adzan dah pada tutup biasanya, cuma bisa terpana dan ya memang gitu seharusnya. Tapi lihat di Indonesia, yang pada jualan hari Jumat di pusdai, lelaki tetap aja dia jualan, padahal tetap disamping masjid loooh! Bukan bandingin negaranya sih, keimanan aja..yahh itulah manusia..manusia... *ngaca*

Ketiga, baru merhatiin bahwa di sana *khususnya di mall* tidak ada wanita yang menjaga, layaknya di mall-mall negara lain. Semuanya laki-laki. Kecuali wanita-wanita yang sudah cukup berumur dagang di kaki lima. Itu banyak. Tapi yang jaga stand dan semua, itu laki-laki, wanita terlalu 'suci' jika harus berjaga di toko sepertinya. Lagi-lagi sangat berbeda. 

Howeveeeeeer, tempat itu lagi-lagi yang selalu bikin rindu. Semangat beribadahnya. Gimana mereka jalan, langsung menyerbu ke dalam masjid seperti kawanan semut yang ditarik sebuah magnet bernama Kabah.

Hari keempat, tibalah waktunya kami berpisah dengan kota Mekkah, dengan Kabah tercinta, Lalu kami menjalankan tawaf wada (yaitu tawaf perpisahan) yang begitu juga dilakukan oleh Nabi Muhammad. Tawaf wada kami lakukan saat siang hari karena akan langsung berangkat ke Madina. Setelah mengelilingi Kabah sebanyak 7 putaran, kami berdoa. Doa yang sungguh menyayat hati, me-reka ulang lagi sungguh buat terharu. Kami sampaikan terima kasih dan belum tentu bisa kembali. Setelah tawaf wada dianjurkan untuk langsung keluar dan tidak menoleh lagi pada Kabah. Berat hati, cuma bisa sedih dan berdoa biar bisa kembali ke sini lagi.

Seperti rangkaian tur pada umumnya, selanjutnya kami melanjutkan perjalan ke Madina, lalu Jeddah, dan kembali ke Indonesia.

Madina juga kota yang spesial, bisa berdekatan dengan makamnya Nabi Muhammad. Pernah kebayang? Nabi Muhammad yang ada di buku pelajaran agama islam dari SD itu, kita berdiri di depan makamnya, di Raudatul Jannah, Taman Surga. Gak bisa disampaikan gimana rasanya, harus merasakan sendiri.

Anyway, umroh/haji yang mabrur adalah umroh dan haji yang setelah kita kembali ke negara masing-masing, umrohnya membekas, tingkah laku membaik, dan terjadi perubahan dalam diri kita.

Jangan berbangga jika sudah ke penjuru dunia jika belum pergi ke sana. Seluruh dunia adalah ciptaan Allah yang pasti membuat kita terkagum-kagum, pergilah ke tanah Allah terlebih dahulu. Lihat bagaimana setelahnya kamu memandang Islam. Memandang Allah yang ternyata kok kayaknya deket banget yah...beda sama di Indonesia yaah kadang deket kadang jauh *curhat* :p

Disana juga Allah akan tampakkan balasan-balasan kelakuan kita selama selama ini ( di negara kita masing-masing)..semua terlihat...semua jelas diperlihatkan...hati-hati jika ingin berkata sesuatu, jaga hati dan pikiran agar tidak ada keburukan atau sampai mengeluh pada Allah. Ingat, itu rumahnya, ibaratnya kita ini tamu :)
Allah mengundang siapa-siapa yang ingin ke sana. Apapun jalannya, tidak memandang kita tidak punya uang ataupun lainnya. Nyatanya banyak yang bermimpi ingin pergi ke sana dan terjadilah, sebaliknya banyak yang berkecukupan tapi belum diundang oleh Allah, entah dari waktu, kesehatan, dll.


"Ya Allah semoga teman-teman, keluarga, atau siapapun yang membaca ini, dan ingin kesana, undanglah Ya Allah..aamiin"


From the bottom of my heart, maaf kalau kata-kata ngacooo. Lagi belajar nulis.
Wassalamualaikum :D

No comments:

Post a Comment